Jeneponto,PO – Suasana ruang pertemuan RSUD Lanto Daeng Pasewang, Sabtu pagi, 26 April 2025, berbeda dari biasanya. Para pegawai tampak serius menyimak arahan Rahman Ramlan, Tenaga ahli inovasi dari Bonthain Institute, yang sengaja diundang untuk membimbing mereka. Target mereka jelas: membawa inovasi CESS Gammara bersaing di Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Nasional 2025.

“Inovasi ini punya potensi besar. Fokusnya pada pencegahan stunting dan wasting lewat intervensi gizi, sangat mendukung prioritas pembangunan nasional,” ujar Rahman dengan optimisme.
Rahman, yang sudah banyak membina inovasi daerah, mengingatkan bahwa ide cemerlang saja tidak cukup. Tim harus siap dengan narasi proposal yang kuat, dokumen pendukung yang rapi, hingga video inovasi yang mengena. “Lebih dari itu, keberhasilan juga bergantung pada kekompakan tim dan komitmen penuh dari pimpinan,” katanya.

Komitmen itu ditunjukkan langsung oleh dr. Pasriani, Direktur RSUD Latopas. Ia menegaskan bahwa keikutsertaan di KIPP bukan sekadar formalitas, melainkan langkah nyata memperbaiki layanan kesehatan publik di Jeneponto.


_”Kami serius. Bukan sekadar ikut kompetisi, ini adalah komitmen memperbaiki layanan publik.” — dr. Pasriani_
CESS Gammara lahir dari kepedulian RSUD Latopas terhadap tingginya angka stunting dan wasting di daerahnya. Melalui pendekatan pemberian gizi yang terintegrasi, inovasi ini menjadi harapan baru dalam memperbaiki kualitas hidup anak-anak Jeneponto.
Bimtek Inovasi ini terselenggara berkat kerja sama RSUD Latopas dengan Bagian Organisasi Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Jeneponto. Langkah awal ini menjadi bukti bahwa dengan kolaborasi dan komitmen, inovasi dari daerah pun bisa berbicara di tingkat nasional.
(Aby)