MAKASSAR — Aksi penjemputan paksa nelayan Pulau Kodingareng, Makassar, mulai dilakukan oleh anggota Polair Polda Sulsel.
Upaya tersebut merupakan buntut dari aksi penolakan nelayan dan perempuan terhadap tambang pasir laut di wilayah tangkap nelayan pada hari Jumat, 27 Juli 2020 lalu.
Menurut salah satu nelayan yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa penangkapan itu adalah aksi balas dendam PT. Royal Boskalis terhadap warga Kodingareng Lompo.
“Boskalis balas dendam ini pak, karena kami tidak pernah mau ada pengambilan pasir di wilayah tangkap kami. Kami ingin Boskalis keluar dari tempat kami memancing ikan,” terang nelayan yang tak ingin disebutkan namanya itu.
Atas upaya penjemputan paksa tersebut, Plt Kepala Departemen Advokasi Eksekutif Nasional WALHI, Edo Rakhman mengatakan, upaya Polairut menjemput nelayan merupakan tindakan sewenang-wenang.
“Nelayan berhak melakukan penolakan, termasuk keras terhadap PT Royal Boskalis, karena perusahaan tidak pernah meminta izin dan meminta persetujuan nelayan dan perempuan di Kepulauan Sangkarrang sebelum menambang,” tutur Edo, Senin, (20/7/2020).
Kemudian, melihat tensi dan eskalasi penolakan dan ancaman kekerasan yang diterima nelayan dan perempuan di Pulau Kodingareng Lompo, maka kami medesak Komnas HAM dan Komnas Perempuan untuk meninjau lokasi dan berdialog dengan nelayan.
“Saya rasa nelayan butuh kehadiran negara dalam kasus ini. Saya melihat Gubernur Sulsel tidak pernah hadir dan memberi perhatian kepada nelayan dan perempuan Kodingareng Lompo. Maka harus ada representasi negara bersama para nelayan dan perempuan,” pungkas Edo.
Kronologi singkat dari warga Kodingareng.
Pada Minggu, 19 Juli 2020, siang. Tepat pada pukul 11:58 WITA, empat orang anggota Polair dan aparat kepolisian datang ke Pulau Kodingareng, guna untuk menjemput salah satu nelayan.
Mendengar hal tersebut, perempuan Kodingareng langsung memburu petugas dan mengusirnya dari pulau mereka.
Dari keterangam warga, oknum petugas tersebut seperti “pencuri” yang datang di rumah mereka. Tiba-tiba datang ingin menjemput.
Setelah diusir, sore harinya terdengar lagi kalau ada kabar bahwa nelayan yang sementara melaut sedang dipantau oleh aparat berpakaian seragam.
Mendengar kabar tersebut, warga kembali berlarian menuju ke lokasi, tepatnya di sekitaran Gusung, Kodingareng Lompo.
Beruntungnya, salah satu nelayan yang dipantau tersebut ketika sedang melaut dengan cepat menghindari petugas yang sedang ada di laut dan langsung memutar kemudinya menuju ke Kodingareng Lompo.
Hingga malam, warga masih berjaga dan mendengar kabar bahwa pihak polisi dan polair akan datang menjemput paksa warga.(Muhaimin Arsenio/ WALHI Sulsel).