Pinrang – Gubernur Sulawesi Selatan HM Nurdin Abdullah melakukan peninjauan ke pabrik pakan Mandiri Barakka 557 di Kelurahan Lanrisang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang, Senin 16 November 2020.
Kunjungan itu berlangsung setelah melakukan penan udang windu di kawasan budidaya windu ramah lingkungan. Pabrik pakan ini untuk ikan air tawar dan ikan air payau.
Syarifuddin Zain selaku Pembina di lokasi itu mengatakan, pabrik pakan tersebut dikelola oleh Koperasi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Memproduksi pakan ikan dengan pembeli hasil tangkap ikan runcah dari nelayan lokal.
“Pabrik pakan kita ini ini dioperasikan tahun 2016, kita baru pasarkan keluar daerah tahun 2019. Yaitu ke Kabupaten Barru, Maros serta Enrekang dan Malili Luwu Timur,” jelas dia.
Sedangkan di tahun 2020, dipasarkan hingga Sulawesi Barat. Dan juga ke Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Pakan untuk ikan air tawar dan air payau bandeng dan nila. Perkembangannya cukup cepat dengan produksi dalam satu hari sekitar 1 ton. Pabrik itu masih dalam skala kecil, juga masih tergantung cuaca dengan pengeringan tradisional.
Bahan bakunya dari bahan lokal ikan rucah (genus: Bentopelagik, jenis ikan kecil atau ikan teri yang memiliki kandungan protein dan lemak yang relatif tinggi). Namun tidak dikonsumsi oleh manusia dan biasanya dibuang kembali ke laut.
“Dengan adanya pabrik pakan kita, Alhamdulillah kembali nilai dan beli”, tutur Syarifuddin.
Dia juga menyebutkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)-nya yang digunakan yakni anak pesantren sebanyak delapan orang. Mereka bekerja dalam sehari empat orang, secara bergantian.
“Berlangsung selama Pandemi COVID-19. Dalam setiap kilo produksi pakan, disisihkan untuk pesantren yang juga terdapat panti asuhan di dalamnya,” terangnya.
Lanjut dia mengungkapkan bahwa dari kunjungan tersebut, Gubernur SulSel juga akan memberikan bantuan. Terutama dalam hal packaging, bahkan relokasi pabrik.
Kunjungan Gubernur SulSel saat itu dipercaya memberi berkah tersendiri bagi mereka sesuai dengan nama dari pabrik ini.
“Nama Barakka ini, ada arti tersendiri berarti berkah, sedangkan 557 itu kalau diartikan angka lima itu tangan, lima jari di telapak tangan dan dua angka lima berarti dua telapak tangan yang berdoa. Sedangkan angka tujuh kalau orang Bugis itu berarti mattuju atau berhasil. Kalau Barakka itu juga singkatan dari bahan racikan lokal, jadi betul-betul kita kelola bahan racikan dari lokal,” pungkasnya. (AM)