News, Opini  

Fakta MBG: Sehat dan Mencerdaskan Anak Bangsa

Fakta MBG: Sehat dan Mencerdaskan Anak Bangsa

PO – Makanan bergizi tak perlu jauh-jauh menilai, penulis salah satu alumni FAI Unismuh Makassar lama melirik, di Kabupaten Bantaeng sekian dapur telah berjalan beberapa bulan terakhir dan dirasakan di satuan pendidikan. Dalam sehari dengan jumlah 2000an sampai 3000 porsi perdapur, selama ini berjalan sesuai dengan keberlakuan mekanisme (orang bilang dari pusat) mulai dari alat dapur hingga mobilisasinya.

Tiap hari (jadwal) ribuan anak sekolah di Bantaeng ini merasakan makanan gratis serta bergizi dengan harapan menyehatkan dan mencerdaskan peserta didik.

Hampir semua dapur yang ada di Bantaeng saya masuki (hanya melihat keadaan dapur) memang benar pihak perdapuran menjalankan tupoksinya, ibarat organisasi yang terstruktur. Di mana sumber kebutuhan bahan pokoknya telah diatur dengan pola beli putus.

Sewaktu-waktu pedagang beras atau telur dan pedagang lainnya bisa berlanjut sebagai penyedia. Lagi pula siapa yang tidak mau ikut terlibat dalam program Pak Presiden kita?

Antara (banyak yang telah mengetahui, sebutlah para pemodal dapur) pihak yang menjalankan program ini dan peserta didik sama-sama kenyang, keuntungan satu porsi itu terhitung Rp. 2000,- dikali 3000 porsi berarti 6 juta rupiah perhari.

BACA JUGA  Duduk Bersama Demonstrasi, Bupati Bantaeng Uji Nurdin Jelaskan Penyebab PHK di KIBA

Masih banyak kekenyangan-kekenyangan yang diperoleh dari program ini, paling kecil setahu saya itu ada di mobilisasi berupa box yang stey mengantar ribuan porsi ke sekolahan, yah taksirlah setidaknya dalam sehari sekitar 200 sampai 500 rupiah perporsi. Ada yang bisa dibagi-bagi dalam hal anggaran mengenyangkan tersebut.

Saya bukan mengira-ngira atau menduga dalam tulisan ini, tak usah dibayangkan cukup ditongkrongi di meja perkopian; akumulasi kekenyangan pihak dapur dalam kurung ±21 hari sebesar Rp. 126 juta, jumlah ini baru dihitung dari keuntungan perporsi Rp. 2000 dikali 3000 porsi, peserta didik pun ikut kenyang (asli perut kenyang). Bagaimana dengan keuntungan Rp. 5000 perporsi?

Di sisi lain, awal berjalannya makanan tersebut di Bantaeng banyak yang berbondong-bondong mendirikan dapur bahkan ada yang saling menyenggol satu sama lain, hingga beberapa yang berduit malah tidak berminat. Bagaimana tidak, ini soal kekenyangan. Perut kenyang dompet pun kenyang.

BACA JUGA  RSUD Lanto Dg Pasewang Berqurban, Bupati Jeneponto Paris Yasir Beri Apresiasi

Lumrah bagi penulis menerangkan akumulasi kekenyangan perdapuran Bantaeng, karena baru kali ini negara kita menjalankan program makanan bergizi.

Mundur lebih jauh, di Eropa pada tahun 1700 menjadi cikal bakal makanan gratis dan bergizi ini, kemudian Amerika sedikit memolesnya di tahun 1800an. Saat itu sangat membantu dan berpengaruh terhadap status pendidikan dan sosial masyarakat di negara barat (bahkan salah satu yang pencetusnya memberi makanan gratis lagi bergizi sebanyak 60.000 porsi dalam sehari).

Bahan pokok yang dikonsumsi antara Indo dan luar negeri memang berbeda, ada yang vegetarian, ada yang bahan pokoknya dari gandum, roti, beras dan sebaganya. Tujuannya hampir sama yakni mengubah keadaan sosial masyarakat.

Maka mencerdaskan dan menyehatkan anak bangsa sudah lama berjalan, begitu pula kepentingan kekenyangan beberapa pihak telah banyak yang melakukannya. Untungnya lagi, semua dapur khususnya di Bantaeng dikelola oleh Yayasan, bukan pemerintah daerah. Jadi, pembagian kekenyangannya itu terstruktur.

Pengelolaan dapur yang rapih, mengingat perintah pusat harus dijalankan dengan benar dan tidak ada kesalahan sekecil apapun. Namun harus diingat bahwa saling berkaitan antara pendidikan, ekonomi, kesehatan (terutama penurunan stunting) masing-masing berdaya saing tinggi sampai menyentuh politik dan lainnya.

BACA JUGA  Pj Gubernur Sulsel Apresiasi Langkah Bupati Soppeng

Pedagang telur misalnya (saya kembali singgung hal kecil: telur), harga satu rak telur keluar kandang itu Rp. 50.000, adapun harga jualan pasar terbilang Rp. 55.000, berubah harga menjadi Rp. 52.000,- kurang dari harga pasaran. 50 ribu untuk pemilik telur, 2 ribu untuk keuntungan dari anggaran dapur itu (baik bagi dapur yang telah lama berjalan maupun dapur yang baru). Begitu seterusnya sampai melalui tahap pencairan. Mengenyangkan bukan?

Penulis Oleh : Amin Rais (kader Muhammadiyah Bantaeng)

Alumni : Unismuh Makassar