BANTAENG — Seorang warga di Desa Kayu Loe mengaku kecewa dengan Pemerintah Desa (Pemdes) setempat lantaran rumahnya yang terbilang mirip gubuk bambu, tidak tersentuh program ‘Bedah Rumah’.
Hasan, warga tersebut hanya bisa pasrah akan program yang sudah berjalan itu, tidak sampai kepada dirinya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Pemdes Kayu Loe mendapat program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sebanyak 50 unit dengan nominal Rp. 17.500.000 per kepala keluarga (KK) untuk tahun 2019 ini.
[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Related Posts” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”4″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”recent_posts” orderby=”rand”]
Nampak Hasan hanya tinggal di gubuk bambu bertiangkan batang kayu. Hasan bersama Citra, istri ttercintanya dan Askar, anak semata wayangnya yang baru berumur satu tahun.
Raut wajahnya saat ditemui tim publikasionline.co, tergambar jelas menyimpan rasa kecemburuan. Hal itu jelas terlihat seketika ia hanya bisa mengelus dada menjelaskan bahwa dia tidak mendapat bantuan yang sejatinya didapatkannya itu.
“Padahal aturanya untuk mendapatkan program (BSPS) harus perumahan/Rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang kondisinya kurang layak huni,” katanya.
Pil pahit juga terpaksa harus ditelan Daeng Dado. Warga Dusun Kassi-kassi, Desa Kayu Loe yang juga tak mendapat bantuan itu. Dia hanya bisa termenung meratapi nasibnya.
[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Related Posts” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”4″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”cat” orderby=”rand”]
Menurutnya, penyalur atau pendamping, termasuk Pemdes setempat disinyalir tidak tepat sasaran dalam verifikasi penerima. Alibi yang diberikan pun cukup memuaskan, yang memaksanya untuk tidak lagi mempertanyakan hal ini. Dia hanya diberi alasan bahwa data penerima itu dari pusat.
“Heranga ri pamarentaya sangi tukamase mase ni carita ni parikongan mingka tau masegenaji ni bantu..sangi data pusat ni carita. (Sungguh tidak mengerti kenapa selalu mengatasnamakan orang miskin, namun kenyataannya, orang mampu yang nikmati dengan dalih data dari pusat,” tutur Daeng Dado saat dijumpai.
[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”Related Posts” background=”” border=”” thumbright=”no” number=”2″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”recent_posts” orderby=”rand”]
Keluh kesah ini pun direspon positif oleh faslitator pemdaping SLRT Desa Kayu Loe, karena berhasil memfasilitasi dua KK di Dusun Kassi-kassi yang selayaknya mendapat bantuan, melalui BAZNAS Kabupaten Bantaeng.
Saat ditemui awak media publikasi.co, faslitator SLRT, Sahril mengatakan, walau hanya ‘Benah Rumah’ yang disalurkan oleh Badan Amil Sakat Nasional (BAZNAS) berupa bahan bangunan seperti balok, papan dan atap seng, setidaknya itu dapat meringankan beban beberapa warga.
Semoga itu, kata Sahril, dapat membantu rehabilitasi gubuk-gubuk warga yang tak mendapat BSPS itu. “Setidaknya meringankan bagi keluarga prasejahtera yang seharusnya mendapatkan bedah rumah dari program BSPS ini,” kata sahril.
[penci_blockquote style=”style-2″ align=”none” author=””]Hasan sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Pasliator SLRT Desa Kayu loe dan BAZNAS Kabupaten Bantaeng,”[/penci_blockquote]
Menurut masyarakat yang enggan menyebut namanya, ada kesenjangan dan ketimpangan yang terjadi di Desa yang berdampak pada timbulnya kecemburuan sosial di masyarakat.
Hal itu dikarenakan tidak adanya validasi data prelis oleh PUSKESOS di tingkat Desa yang seharusnya dilaksanakan melalui Musdes.
Berangkat dari Musdes itu menjadi Base Data Terpadu (BDT) sebagai acuan BNPT dan program PKH. Diketahui penerima BNPT di Desa Kayu loe sebanyak 86 orang. “Yang banyak di keluhkan karna di anggap tidak valid tidak tepat sasarang,” pungkasnya.