iklan Promo
News, Ragam  

Sepuluh Penulis Segera Luncurkan Buku Antologi “Koordinat Rasa”

MAKASSAR,PO – Sebanyak sepuluh penulis lintas latar belakang dan pengalaman akan segera meluncurkan buku antologi berjudul Koordinat Rasa, sebuah karya reflektif dan puitis yang merangkum perjalanan batin, perenungan hidup, serta makna kemanusiaan dalam 160 halaman. Buku ini diterbitkan oleh Kampus Literasi Indonesia sebagai bentuk kolaborasi literasi yang menghidupkan semangat menulis dengan rasa.

Para penulis yang terlibat adalah Asrul Sani Abu, Heny Suhaeny, Rahman Rumaday, Ratna Sari, Risnawati Anwas, Gerhanita Syam, Zulhikma Julinda, Alifah Nurkhairina, Dirk Sandarupa, dan Nasri A. Muhammad Abduh.

Mereka menulis dengan gaya dan warna berbeda ada yang menyumbang satu tulisan, ada pula yang menulis dua hingga empat karya dalam antologi ini.

Dalam Koordinat Rasa, setiap penulis menandai koordinatnya sendiri melalui kisah, refleksi, dan puisi. Asrul Sani Abu menulis tiga karya yang menyinggung perjalanan batin manusia : “Perbedaan Teman, Sahabat, Bestie, dan Cinta,” “Rasa Ketika Harus Berpisah,” “Dari Hati, Menebar Makna,” Heny Suhaeny hadir dengan tulisan “Jalan Menebar Manfaat” dan “Pulih Bersama Takdir”, menegaskan semangat untuk bangkit dan berbuat baik dalam setiap fase kehidupan.

Sementara itu, Rahman Rumaday, yang juga dipercaya sebagai penyelaras buku ini, menulis empat karya yang sarat perenungan dan observasi sosial : “Transfusi Ide,” “Diagnosa,” “Teman Itu Memantik, Bukan Memadamkan,” serta “Jalan Raya dan Suara yang Tak Didengar.” Menulis bagi kami bukan sebatas menuangkan kata, tapi menemukan kembali diri dan rasa. Koordinat Rasa adalah peta batin yang membawa pembaca pulang ke makna,” ujar Rahman Rumaday.

Ratna Sari mempersembahkan empat karya yang bernuansa laut dan kehidupan : “Perjalanan Menenun Laut,” “Dari Tanah Doang,” “Nyanyian Penenun Buih Samudra,” dan “Senja, Laut, dan Inovasi.”
Risnawati Anwas menulis tentang akar dan makna asal dalam “Langkah Kecil dari Tamaona.”
Gerhanita Syam menghadirkan renungan ekologis dalam “Rumah Tumbuh yang Bernapas.”
Zulhikma Julinda menyalurkan kehangatan melalui dua tulisan bertajuk “Hidup Selalu Ada Hikmah” dan “Senyuman di Balik Lelah Hati.”
Alifah Nurkhairina menghadirkan cerita reflektif tentang rasa dan perasaan dalam ‘Seseorang yang Kusuka.” Sementara Dirk Sandarupa menggugah pembaca lewat “Jejak Pulang Bermakna.” Dan Nasri A. Muhammad Abduh menutup kumpulan ini dengan tulisan inspiratif “Antara Aku, Buku, dan Guruku.”

Buku Koordinat Rasa tidak hanya menjadi ruang bagi para penulis untuk mengekspresikan perasaan terdalam, tetapi juga menjadi jembatan antara pengalaman pribadi dan kebijaksanaan universal. Setiap tulisan di dalamnya beresonansi dengan tema cinta, kehilangan, perjalanan, dan kebangkitan membentuk mozaik rasa yang utuh dan manusiawi.

Peluncuran resmi buku Koordinat Rasa rencananya akan digelar dalam waktu dekat oleh 10 penulis tersebut disertai sesi bedah buku dan diskusi publik.

“Semoga buku ini menjadi penanda bahwa literasi bukan sebatas aktivitas menulis dan membaca, tapi juga perjalanan menemukan rasa dan makna hidup,” tutup pria yang akrab disapa Bang Maman itu