JENEPONTO, PUBLIKASIONLINE.ID – Dalam sebulan ini, setidaknya ada dua masjid milik kantor polisi di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang mengalami pengrusakan secara brutal.
Kejadian pertama di Masjid Presisi berlokasi tepat di samping Pos lantas Flyover menjadi sasaran penyerangan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) pada Jumat (14/3/2023) dinihari.
Kemudian kejadian kedua yakni Masjid Nur Asy-Syurthi di Markas Polres Jeneponto, Sulsel, pada Kamis, 27 April 2023 dinihari.

Peristiwa di Jeneponto dilakukan menggunakan batu dan bom molotov. Hal ini disampaikan oleh Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Komang Suartana.
“Dini hari (kejadian penyerangannya). Itu diperkirakan informasinya 100 (orang pelaku penyerangan),” kata Komang. Kamis (27/4/2023).
Sementara informasi beredar bahwa pelakunya diduga oknum anggota TNI. Namun hal itu ditepis oleh Pangdam XIV Hasanuddin.
Namun respons Pangdam itu ditanggapi juga oleh Gerakan Umat Islam Kaffah dengan menantang Pangdam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI Totol Imam Santoso untuk melakukan mubahalah.
“Berani tidak pak, mubahalah. Jika bapak berdusta maka laknat Allah SWT atas dirinya sendiri. Dan jika bapak benar, maka yang menuduh itu bukan dari bagian mereka dan tidak bertaubat maka akan dilaknat oleh Allah SWY di dunia dan akhirat,” tutur Gerakan Umat Islam Kaffah.
Sebelumnya, Ketua MUI Sulsel, Prof Nadjamuddin Abd Safa memberi tanggapan serius pasca peristiwa pengrusakan masjid presisi di Makassar.
Pihak MUI menyesalkan pengrusakan tersebut. Namun, dia tetap meminta kepada seluruh ummat Islam agar tetap tenang.
Nadjamuddin juga meminta agar tidak terprovokasi terkait kejadian tersebut yang bertepatan dengan bulan Ramadan.
“Siapa pun dan agama apapun tidak ada yang membenarkan terkait dengan penyerangan dan pengrusakan rumah ibadah,” ujar Nadjamuddin kepada awak media.
Senada dengan Imam besar Masjid Al Markaz, Prof Muammar Bakry dalam testimoninya pada Minggu (16/04/2023) di sekretariat pengurus Masjid Al Markaz, ia mengecam hal tersebut.
Diberitakan sebelumnya, penyerangan Polres Jeneponto ini terekam kamera dan beredar di media sosial. Tampak massa beraksi di tengah lokasi yang gelap.
Terdengar pelaku mengeluarkan kata-kata kasar. Para pelaku juga berteriak bakar dan bakar.
“Maju-maju, maju, we maju we, bakar-bakar,” terdengar suara pria dalam video beredar.
Selain itu juga kejadian tersebut menelan satu korban dari pihak kepolisian yang terkena peluru saat mengambil air wudhu jelang salat Tahajud.
Respons Publik
Ketua Brigade Muslim Indonesia (BMI), Zulkifli mengatakan bahwa dari informasi yang didapat bahwa kondisi ini diawali saat pertemuan beberapa oknum anggota TNI dari Yonif 500 Raider dengan beberapa anggota Reskrim Polres Jeneponto di sebuah warung dari laut di batas kota, Kelurahan Empoang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto.
Tangkap layar dari video viral diduga oknum anggota TNI AD berpakaian preman, sebelum peristiwa penyerangan Mapolres Jeneponto terjadi.
Saat itu, anggota Reskrim Polres Jeneponto sudah berada lebih dulu di warung sari laut saat Anggota TNI tersebut tiba.
“Menurut info bahwa oknum anggota TNI yang tiba saat itu diduga habis mengkonsumsi minuman khas Jeneponto (tuak). Mungkin karena kondisi ini sehingga oknum polisi melontarkan pertanyaan kepada oknum TNI “apakah kalian dari pos bawah?” Anggota TNI kemudian menjawab bahwa ‘betul iya adalah anggota Yonif 500 Raider’. Pihak polres mungkin mencurigai bahwa oknum tersebut hanya mengaku sebagai oknum TNI sehingga oknum polres kemudian memanggil beberapa temannya, setelah tim polres tiba kondisi di lokasi entah mengapa akhirnya keributan itu terjadi,” tutur Zulkifli.
Zulkifli berharap dua institusi TNI/Polri agar berkoordinasi dengan baik dan profesional.
“Jika pihak polres mencurigai oknum tersebut adalah TNI gadungan maka untuk mengantisipasi keributan menurut kami tindakan yang harus mereka lakukan adalah melakukan koordinasi dan menghadirkan POM atau Babinsa setempat ataukah senior dari kesatuan Yonif 500. Mengenai peristiwa penyerangan kepada Polres Jeneponto termasuk rumah ibadah dan menyebabkan 1 orang anggota polri tertembak diduga merupakan rentetan atas insiden tersebut adalah tindakan kriminal yang harus segera dituntaskan secara hukum,” kata Zulkifli dalam keterangan tertulisnya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada konfirmasi ataupun klarifikasi secara resmi dari pihak TNI atas kejadian ini. (*)