Adapun Tim Surveilans di tingkat kabupaten bertugas mengasistensi dan memverifikasi laporan TGC serta membantu TGC dalam melakukan tracing atau pelacakan di lapangan. Jumlah Tim Surveilans Dinkes Bulukumba sekitar 20 orang, termasuk di dalamnya petugas yang memiliki keahlian sebagai epidemolog dan tenaga laboratorium. Tim Surveilans Kabupaten ini pula yang melaporkan data pasien ke tingkat provinsi.
Secara umum, tugas dari kedua tim ini adalah melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE), mengambil dan mengirim spesimen pasien untuk diperiksa laboratorium, dan melakukan penelusuran, pelacakan atau tracing kontak. Selain itu mereka melakukan komunikasi resiko kepada orang sekitar untuk meminimalisir resiko penularan kepada warga lainnya.
Untuk mendeteksi dini penyebaran virus korona di Bulukumba, TGC dan Tim Surveilans melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang baru datang dari wilayah zona merah atau memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes yang mengkoordinir tim surveilans, Handayani Syaukani menyebutkan, total orang dipantau sejak tim bekerja pada awal bulan Maret yang lalu sebanyak 1.0230 orang. Dari jumlah ini, terpantau menjadi ODP sebanyak 202 orang, PDP sebanyak 28 orang. Adapun hasil swab yang positif Covid-19 sebanyak 6 orang, 2 diantaranya sudah sembuh dan 4 lainnya masih dirawat.
“Untuk penyelidikan epidemiologi, kami sudah melakukan terhadap 366 orang. Sementara jumlah contact tracing sebanyak 205 orang,” ungkap Handayani yang ditemui di Posko Gugus Tugas Covid-19, Rabu 6 Mei 2020.
Ditambahkannya bahwa contact tracing yang telah dilakukan oleh timnya tersebar di 13 desa keluruhan di Kabupaten Bulukumba. Adapun jumlah spesimen yang dikirim di di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar sebanyak 141 sampel dan hasil yang keluar 85 sampel.
Tidak mudah menjadi anggota TGC dan Tim Surveilans, pekerjaan ini membutuhkan tingkat ketelitian dan kesabaran dalam bertugas. Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang banyak, membuat tim ini harus bekerja tiap hari. Selain membantu TGC dalam melakukan tracing kontak, Tim Surveilans Kabupaten bertugas mengambil spesimen tes Swab dari orang yang berstatus PDP maupun ODP untuk diperiksa.
Jika hasil tes laboratorium dinyatakan positif, maka tim kembali bekerja untuk melakukan pelacakan terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan pasien terkonfirmasi positif tersebut. Mengambil spesimen Swabnya, melakukan edukasi dan merekomendasikan untuk dilakukan karantina atau isolasi mandiri.
Tim Surveilans Kabupaten, Faizal Pasmar menuturkan jika ada kasus positif di suatu wilayah, maka biasanya ada reaksi dari warga sekitar, bahkan bisa terjadi aksi penolakan terhadap pasien positif. Menurutnya, itu wajar saja karena kasus Covid-19 ini adalah sesuatu yang baru dan masyarakat belum pernah menghadapi hal seperti ini.
“Makanya masyarakat tidak bisa disalahkan juga, karena mereka minim informasi. Inilah pentingnya berbagai pihak berwenang melakukan pendekatan, edukasi dan sosialisasi kepada warga terkait wabah Covid-19 ini,” tuturnya.
Tugas ini bukan pekerjaan yang mudah, mengingat risiko penularan dari orang-orang yang dipantau sehingga mereka bekerja sesuai dengan protap dengan menggunakan APD lengkap untuk memproteksi diri dan memerlukan kerjasama tim yang solid dalam melaksakan tugas di lapangan.
Sampat saat ini, mereka bekerja tidak mengenal hari libur, tidak mengenal jam kerja, pagi, siang dan malam. Dalam bekerja, mereka seakan berpacu dalam menghentikan laju penyebaran virus Corona.