Bantaeng – Nasib petani kopi di Bantaeng, Sulawesi Selatan terancam rugi di masa pandemi global ini.
Khususnya bagi kelompok koperasi AKAR Tani. Kelompok ini telah memproduksi kopi spesialty yakni produk kopi dengan standarisasi yang cukup tinggi dan berkualitas.
Sayangnya koperasi tersebut terancam gagal produksi untuk tahun selanjutnya. Pasalnya saat ini di gudang mereka masih tersimpan kopi green been yang hanya bisa bertahan sampai 60 hari.
Adam Kurniawan, Ketua Balang Institute selaku fasilitator koperasi Akar Tani mengemukakan bahwa kopi yang tersimpan saat ini sebanyak delapan ton.
“Kemungkinan nanti masih produksi, tapi dengan jumlah yang sangat kecil. Tentunya ini berimbas pada pekerja lokal dan kesinambungan upaya mengangkat brand kopi bantaeng,” ujar Adam Kurniawan, saat ditemui di sekretariat Balang Institut, Rabu, 6 Mei 2020
Kopi spesialty ini, menurutnya, didapati dari serangkaian kegiatan yang membutuhkan pekerja banyak.
Sehingga koperasi AKAR Tani melakukan penyerapan tenaga kerja guna melakukan pemetikan, sortir buah merah, sortir buah rusak, pencucian, serta penyamaan biji kopi terbaik. Namun saat ini 84 pekerja di koperasi AKAR Tani terancam pula diberhentikan.
Menurut Adam, ada secercah harapan dari kunjungan Kementerian Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) beberapa waktu lalu di Bantaeng. Saat itu, ada janji agar stok 8 ton kopi spesialty di koperasi AKAR Tani akan dibeli untuk eksportir. Namun hingga saat ini belum terealisasi.
Adam menuturkan, pihaknya bersama AKAR Tani telah melakukan audince dengan Bupati Ilham Azikin guna meminta fasilitasi koneksi dengan Mentan.
“Pak bupati sebenarnya sudah fasilitasi lewat Kadis Pertanian untuk menyampaikan hal ini ke Kementrian Pertanian. Tapi entahlah sampai sekarang belum ada informasinya,” ujar Adam.
Kadis Pertanian Kabupaten Bantaeng, Budi Taufiq sempat dihubungi. Namun hingga saat ini belum juga mendapat balasan.
Adam kurniawan pun menaruh harapan agar ada skema penjualan yang dibuat Dinas Pertanian Bantaeng agar upaya mengangkat Kopi Bantaeng sebagaiamana keinginan Bupati Ilham Azikin bisa tercapai.
“Sebagai pegiat lingkungan saya harap ada skema. Peluang yang dibuka oleh Kementan bisa dieksekusi Dinas Pertanian Bantaeng untuk memastikan ritme dan upaya mengangkat kopi Bantaeng. Sayang kalau nda produksi lagi, apa yang dibangun bertahun-tahun bisa tersendak dan berhenti sampai di sini. Lagi-lagi gara-gara corona,” ujar Adam.
Sejauh ini kerugian jika saja kopi Bantaeng tidak laku mencapai Rp680 juta.