Makassar – Sejak virus corona mewabah akhir tahun 2019 di Wuhan, China hingga terus menyebar ke seluruh dunia, berbagai teori konspirasi seakan makin memperkeruh pandemi Covid-19 ini.
Teori ini mengarah pada asal-usul virus corona baru yang kemudian dilabeli dengan nama SARS-CoV-2. Hingga saat ini, lebih dari 2,4 juta orang terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Virus corona telah memunculkan beragam teori konspirasi ini yang seakan makin memperpanjang pandemi.
1. Teori 1: “Virus corona dilepaskan dari laboratorium Tiongkok”
Banyak yang menduga bahwa virus corona atau yang dikenal sebagai SARS-CoV-2 ini berasal dari laboratorium Tiongkok. Mereka sengaja dibuat dan dilepaskan sebagai bioweapon atau senjata biologis. Walaupun terdengar mencurigakan, tidak sedikit orang yang termakan oleh teori konspirasi ini.
Lalu bagaimana kenyataannya? Menurut jurnal dari Scripps Research yang sengaja melakukan investigasi terkait hal ini, anatomi SARS-CoV-2 sangatlah natural. Tidak terlihat campur tangan laboratorium di dalamnya.
Studi tersebut juga menyebut bahwa virus ini sangat mirip dengan yang sering ditemukan pada kelelawar dan pangolin. Itu artinya mereka benar-benar alami. Namun peneliti mengungkap bahwa dulunya, virus ini tidak menyebabkan dampak apa pun pada manusia.
2. Teori 2: “Wabah virus memang terjadi setiap 100 tahun”
Tahun dengan angka belakang “20” kabarnya merupakan tahun yang terkutuk. Berikut ini penjabarannya:
Tahun 1720: terjadi peristiwa Black Death, wabah pes yang sempat membunuh 50 juta orang di dunia;
Tahun 1820: wabah kolera pertama ditemukan, penyakit mematikan yang sering mewabah di sebagian negara di dunia;
Tahun 1920: wabah flu Spanyol, menginfeksi 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia saat itu.
Seratus tahun kemudian, pandemi COVID-19 pun terjadi. Hal ini meyakinkan banyak orang bahwa virus memang menyerang dunia setiap seratus tahun sekali. Namun apakah teori ini benar?
Sayangnya hingga saat ini, tidak ada bukti bahwa ini merupakan pola yang pasti. Menurut AFP Fact Check, sebagian virus memang bersifat musiman dan memiliki siklus tapi mereka tentu tidak mengikuti pola-pola seperti yang disebutkan.
Lagi pula, tahun yang disebutkan pada wabah-wabah itu pun tidak tepat, hanya perkiraan puncaknya saja. Black Death mulai terjadi pada 1720 hingga 1722, kolera terjadi mulai 1817, sedangkan flu Spanyol merebak pada 1918 hingga 1920. Jadi, asumsi ini tidak tepat, ya!
3. Teori 3: “Virus corona berasal dari luar angkasa”
Virus corona berasal dari luar angkasa? Teori yang satu ini dikemukakan pertama kali oleh Chandra Wickramasinghe, seorang ahli astronomi dan astrobiologi. Menurutnya, virus corona bisa jadi datang bersamaan dengan komet atau batuan luar angkasa yang jatuh ke Bumi sekitar Oktober 2019 di Tiongkok bagian Utara.
Ternyata memang benar bahwa ada batuan luar angkasa yang jatuh di sekitar wilayah Tiongkok. Akan tetapi tidak ada meteorit yang sampai ke tanah. Selain itu, klaim ini tidak bisa dibuktikan, karena selama ini, tidak ada tanda kehidupan di luar angkasa.
“Ini adalah salah satu kasus di mana klaim yang luar biasa membutuhkan bukti yang luar biasa pula. Jika ini nyata, maka bagus, tapi kita tidak bisa langsung terjun dalam kesimpulan tanpa melaksanakan tugas kita sebagai ilmuwan,” kata Graham Lau, seorang ahli astrobiologi NASA kepada LiveScience.
4. Teori 4: “Pasien nomor nol virus corona berasal dari Amerika Serikat”
Penelusuran mengenai pasien nomor nol atau “patient zero” dari COVID-19 sempat dilakukan pada Maret lalu di Tiongkok, negara pertama yang terinfeksi. Hingga saat ini pun tidak ada yang bisa memprediksi siapakah orang pertama yang terjangkit tersebut.
Namun pada pertengahan Maret lalu, seorang pejabat Tiongkok bernama Lijian Zhao menuding bahwa patient zero tersebut sebenarnya berasal dari Amerika Serikat. Begini pernyataannya yang dikemukakan melalui akun Twitternya:
“Mungkin saja tentara Amerika Serikat yang membawa epidemi ini ke Wuhan. Ayo transparan! Buka datamu ke publik! Amerika Serikat berhutang penjelasan kepada kita,” tulis Zhao.
Tidak ada yang tahu kenapa Zhao bisa membuat pernyataan seperti itu. Namun lagi-lagi, teori konspirasi tersebut tidak bisa dibuktikan. Nyatanya, sembilan kasus yang pertama dilaporkan berasal dari penduduk di provinsi Hubei, Tiongkok. Akan tetapi siapa orang yang pertama tertular tidak diketahui.
5. Teori 5: “COVID-19 bukan disebabkan oleh virus melainkan radiasi 5G”
Teori konspirasi berikutnya mengatakan bahwa pandemi yang sedang terjadi ini bukan disebabkan oleh virus, melainkan radiasi 5G. Pasalnya pada November 2019 lalu, Tiongkok memang sedang membangun sarana dari teknologi terbaru itu.
Menurut teori tersebut, gelombang yang dihasilkan 5G merusak oksigen dalam pembuluh darah kita. Itulah alasan kenapa banyak orang yang tiba-tiba jatuh dan pingsan di Tiongkok.
5G memang telah menuai kontroversi sejak pertama kali dikemukakan. Namun tidak ada bukti bahwa layanan tersebut bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Terlebih menyebabkan penyakit seperti COVID-19.
6. Teori 6: “Kartun The Simpsons memprediksi pandemi COVID-19”
Kartun keluarga The Simpsons memang terkenal dengan prediksi-prediksinya terhadap masa depan. Mulai dari terjadinya serangan di World Trade Center pada 2001, meninggalnya Kobe Bryant, hingga terpilihnya Donald Trump.
Namun pada Februari hingga Maret lalu, warganet dihebohkan dengan beredarnya episode The Simpsons tahun 1993 yang diklaim memprediksi terjadinya wabah virus corona. Bahkan terlihat adanya tulisan “Corona Virus” di layar televisi keluarga The Simpsons. Lalu apakah teori ini benar?
“Sayangnya”, tidak. Ternyata tulisan yang tertera sebenarnya bukanlah “Corona Virus”, melainkan “Osaka Flu”. Artinya, informasi ini termasuk ke dalam kategori hoaks. Dilansir dari Reuters, Bill Oakley sang penulis naskah mengatakan bahwa episode tersebut ditulis berdasarkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. (IDNtimes)