BANTAENG — Seorang berkebangsaan Rumania, Yonut Cristian Cazacu, ternyata tertarik dengan suku Kajang di Bulukumba.
Hal itu diakuinya saat diwawancarai di sela-sela kunjungan rombongan field trip Indonesia arts and culture scholarship di Kabupaten Bantaeng pada Kamis malam, 27 Juni 2019.
Dia menyebut, sebelum tiba di Bantaeng, dia bersama rombongan sempat singgah dan belajar mengenai seni dan budaya di Bulukumba.
Kecintaannya pun kian mendalam tatkala mengetahui bahwa suku yang berada di daerah Butta Panrita Lopi ini masih kental.
Terlebih pria yang bekerja sebagai Event Organizer (EO) di Rumania tersebut mengaku bahwa suku Kajang mampu mempertahankan adat istiadat di tengah pesatnya perkembangan saat ini.
[penci_related_posts dis_pview=”no” dis_pdate=”no” title=”BACA JUGA:” background=”” border=”Black” thumbright=”no” number=”4″ style=”list” align=”none” withids=”” displayby=”tag” orderby=”rand”]
“Dan kemarin (Rabu, 26 Juni), saya suka sekali dengan suku Kajang, karena mereka masih mempertahankan adat dan budayanya,” sebut turis yang piawai berbahasa Indonesia ini.
Dia pun memastikan diri untuk memperkenalkan budaya yang ada di Sulsel ke kancah internasional.
Terlebih dirinya sering diundang dalam event yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Sehingga dengan cara itu, memudahkan baginya untuk memperkenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng, H. Subhan mengutarakan mengapresiasi atas hadirnya masyarakat asing di Sulsel, khususnya di Kabupaten Bantaeng.
“Saya sebagai kepala dinas pariwisata, sangat bersyukur dengan dikunjunginya daerah kita, kabupaten Bantaeng,” ungkapnya.
Hal ini, kata dia, berdampak pada peningkatan wisatawan mancanegara. Sebab, dia meyakini bahwa mereka yang telah berkunjung ini bakal mengenalkan kearifan lokal daerah Sulsel, khususnya Bantaeng sebagai satu di antara wilayah selatan-selatan Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, rombongan tersebut disambut di Pusat Kuliner Pantai Seruni Lantai 2 Kabupaten Bantaeng.
Dari 72 negara yang hadir ke Indonesia, tiap rombongan terdiri dari 12 negara, satu diantaranya didampingi perwakilan Indonesia. Mereka tersebar di Indonesia guna mempelajari adat dan budaya.