iklan Promo

RSUD Daya Makassar Respons Cepat Tangani Muh Ikram, Bukti Pelayanan Humanis

MAKASSAR – Raut cemas Yuni belum sepenuhnya hilang ketika ia duduk di ruang perawatan RSUD Daya Makassar. Matanya sesekali menatap ke arah pintu, seolah memastikan satu hal: bahwa Muhammad Ikram, anak yatim yang diasuhnya, benar-benar telah berada di tempat yang aman. Setelah berminggu-minggu berkeliling mencari pertolongan, akhirnya Ikram mendapatkan perawatan medis yang layak, tanpa ditanya kartu BPJS, tanpa dipersulit administrasi.

Kisah Ikram bukan sekadar cerita tentang sakit dan sembuh. Ia adalah potret nyata bagaimana pelayanan kesehatan bisa menjadi penentu antara harapan dan keputusasaan. Seorang anak yatim yang seharusnya memikirkan sekolah dan masa depan, justru harus menahan nyeri hebat dalam diam.

Menurut Yuni, Ikram mulai mengeluh sakit di bagian perut pada pertengahan November lalu. Namun bocah itu memilih memendam rasa sakitnya. Bukan karena kuat, melainkan takut merepotkan.

“Kami justru tahu dari temannya. Ikram tidak berani bilang kalau dia sakit,” ujar Yuni mengenang, Sabtu (13/12/2025).

Kondisi Ikram perlahan memburuk. Rasa nyeri semakin sering datang, disertai pembengkakan dan cairan yang mengendap di tubuhnya. Saat akhirnya dibawa berobat, perjalanan mencari pertolongan justru menjadi babak yang paling melelahkan secara batin.

Beberapa rumah sakit didatangi. Harapan demi harapan muncul, lalu runtuh. Ikram disebut tidak bisa ditangani karena tidak memiliki kartu BPJS. Penolakan demi penolakan membuat Yuni dan pengurus panti asuhan hanya bisa saling berpandangan, bingung harus berbuat apa.

“Di rumah sakit pertama kami ditanya soal BPJS. Katanya kalau tidak ada, tidak bisa dilayani. Padahal kondisi Ikram sudah sangat kesakitan,” tutur Yuni dengan suara bergetar.

Tak berhenti di situ, Ikram sempat dibawa ke klinik hingga tiga kali. Obat diberikan, namun rasa sakit tak kunjung mereda. Setiap kali pulang, Ikram hanya bisa meringkuk, menahan nyeri yang tak lagi bisa ia sembunyikan.

Di tengah keputusasaan, sebuah saran sederhana datang dari kerabat. Yuni diminta membawa Ikram ke RSUD Daya Makassar, rumah sakit milik Pemerintah Kota Makassar. Tanpa banyak harapan, ia memberanikan diri.

“Saya sempat ragu, tapi sudah tidak tahu harus ke mana lagi,” katanya.

Yang terjadi kemudian menjadi titik balik. Setibanya di RSUD Daya, Ikram langsung ditangani. Petugas medis sigap menghampiri, kursi roda disiapkan, pemeriksaan awal dilakukan. Tidak ada pertanyaan panjang soal administrasi. Tidak ada penolakan.

“Kami langsung dilayani. Tidak ditanya BPJS atau apa. Langsung dicek, langsung ditangani,” ucap Yuni, suaranya bergetar menahan haru.

Bahkan ketika administrasi sempat ditanyakan di loket, pelayanan medis tetap berjalan. Prioritas diberikan pada kondisi pasien, bukan pada kelengkapan berkas.

“Mereka bilang, sudah bu, yang penting anaknya ditangani dulu,” lanjutnya.

Kisah itu kemudian ia bagikan di media sosial. Unggahan sederhana yang ditulis dengan perasaan campur aduk itu mendadak viral. Dalam hitungan jam, cerita Ikram menyebar luas, menuai ribuan respons dan dukungan dari warganet.

“Awalnya saya tidak sangka akan ramai. Saya posting hari Minggu, malamnya sudah banyak yang bagikan,” ujarnya.

Di mata masyarakat, kisah Ikram menjadi gambaran nyata perubahan pelayanan kesehatan di RSUD Daya Makassar. Rumah sakit ini kini dipandang sebagai tempat yang benar-benar hadir saat warga berada di titik paling rapuh dalam hidupnya.

Kebijakan Pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Wali Kota Munafri Arifuddin mulai dirasakan dampaknya secara langsung. Orientasi pelayanan yang menempatkan keselamatan nyawa di atas urusan administratif menjelma menjadi praktik nyata di lapangan.

Apresiasi serupa juga datang dari Muhammad Syarif, orang tua pasien lain yang merasakan langsung pelayanan cepat di RSUD Daya. Anaknya mengalami kecelakaan dan harus segera mendapat pertolongan medis.

“Begitu tiba, anak saya langsung ditangani. Administrasi menyusul. Pelayanannya cepat dan sangat membantu,” ujarnya.

Anaknya, Muhammad Safein, siswa kelas III SMP Negeri 17 Makassar, saat itu membutuhkan penanganan segera akibat terjatuh dari sepeda motor. Respons sigap tenaga medis RSUD Daya menjadi hal yang paling ia syukuri.

Di ruang perawatan, Ikram kini menjalani penanganan intensif. Tubuhnya masih lemah, namun napasnya lebih teratur. Di sisinya, Yuni duduk setia, menggenggam harapan yang sempat nyaris hilang. Bagi mereka, RSUD Daya bukan hanya rumah sakit, melainkan tempat di mana kemanusiaan akhirnya menemukan jalannya.