OPINI
Hardiknas 2021 Di tengah Pandemi Covid-19
Oleh: Dr. H.Andi Sukri Syamsuri, M.Si
Wakil Rektor II Unismuh Makassar
MAKASSAR – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei 2021 dilaksanakan di tengah suasana dan nuansa masa pandemi Covid-19 tentu punya perbedaan sekalipun hanya nuansa dibandingkan dua tahun kemarin.
Tahun 2021 dan Tahun 2020 peringatan Hardiknas sangat mencerminkan suasana berbeda seperti peringatan tahun 2021 banyak dilakukan dengan menggunakan media virtual zoom dan sejenisnya.
Kebiasaan baru memakai masker saat bertemu sesama insan pendidikan, dan selalu menjaga jarak yang sifat selalu berdiri tidak berdekatan juga penanda untuk menghindari kerumunan serta cuci tangan setiap saat karena bisa jadi ada yang kita sentuh benda atau lainnya tidak disadari.
Menjalani pola kebiasaan baru ini, rasanya tidak mengurangi suasana peringatan Hardiknas 2021 ini, apatah lagi peringatan Hardiknas kali ini bertepatan bulan Suci Ramadhan 1442 H, semoga peringatan ini khususnya bagi kaum muslim sebagai bagian anak negeri semakin meningkatkan derajat keimanannya.
Hardiknas 2021 tahun ini, dengan tema Serentak Bergerak Wujudkan Merdeka Belajar, adalah sebuah bentuk proses menginginkan komitmen bersama untuk menuju sebuah kemuliaan dengan perspektif psikologis melakukan perbaikan atas apa yang pernah terjadi selama.
Merdeka belajar tentu yang dimaksudkan bukan pembelajaran bebas tanpa arah, bekerja tanpa tujuan, dan bertindak tanpa indikator.
Tetapi memberikan kebebasan belajar bertujuan memanusiakan manusia dengan tindakan terukur namun tidak dalam belenggu dan kewajiban administratif semata serta proses pembelajaran yang melepaskan rasa takut berbuat atas berbagai tekanan bagi siswa dan guru dari berbagai dimensi kehidupan.
Sungguh menjadi keluarbiasaan, sebelum Indonesia merdeka, satu satunya negara yang telah merintis sistem pendidikan yang hadir sebelum negara ini merdeka, terbukti pendidikan yang telah disungguhkan oleh Ki Hajar Dewantoro, menggagas pendidikan (sekolah) sebelum Indonesia merdeka demikian halnya organisasi masyarakat lainnya seperti Muhammadiyah, dan lain lain.
Kegigihan dan keberanian para pendahulu menggagas sistem pendidikan di Indonesia jauh sebelum kemerdekaan ini, tentunya berhadapan dengan kolonial atau para penjajah menjadi sebuah decak kagum bagi generasi saat ini.
Rintisan peristiwa yang sangat penting ini pula menjadikan para pewaris negeri saat ini selalu berusaha melakukan kegiatan, benar kata pesan Pak Prof BJ Habibie bahwa keberhasilan bukan milik orang pintar tetapi keberhasilan itu milik orang yang berusaha dan bergerak.
Ingarso Sun Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani adalah sebuah pesan pesan kemaslahatan buat kita pelaku, penyelenggara, pewaris negeri untuk tetap menggelorakan pesan yang bermilyar hikmah untuk semesta pendidikan di Indonesia pada khususnya.
Pemberi teladan, penyemangat, dan menjadi penuntun adalah sebuah bentuk gerak yang mulia, dan yang bisa melakukan ini adalah orang orang mulia dan gerak kegiatan ini adalah sebuah kemuliaan.
Dalam budaya Bugis Makassar, pesan Ki Hajar Dewantora juga ada dan seindentik dengan makna lontarak Bugis yakni Riolo i na patiroang, ri tengga i na faraga raga, neninya ri munriwi na faampiri. ”
Ketika berada di depan, maka menjadi teladan, jika berada di tengah maka menjadi penyemangat, dan jika berada di belakang maka selalu menjadi penuntun dan pengarah.
Betapa nilai pendidikan sangat dijunjung tinggi baik dilokalitas budaya budaya daerah apatah lagi nasional karena sangat disadari bahwa pendidikan itu adalah dimensi penting dan utama dalam sebuah kehidupan.
Tentu hal yang patut menjadi perhatian bahwa keberhasilan pendidikan itu sangat ditopang dan ditentukan oleh kemerdekaan.
Kemerdekaan adalah sarana utama keberhasilan pendidikan dan pembelajaran yang beradab dan bermartabat.***