MAROS,PO – Festival Gau Maraja yang dilaksanakan di Kabupaten Maros, dinilai sukses besar, menarik puluhan ribu peserta dan pengunjung. Festival itu dimeriahkan 12 rangkaian acara yang berbeda, menunjukkan antusiasme luar biasa dari masyarakat, dan partisipasi internasional yang signifikan.
Acara pembukaan Festival Gau Maraja diselenggarakan di lapangan Pallantikang, yang menjadi titik awal kemeriahan festival. Dibuka Menteri Kebudayaan RI, Dr. Fadli Zon. Demikian dikatakan akademisi yang juga tokoh masyarakat Kabupaten Maros, Ismail Suardi Wekke, kepada media Rabu 16 Juli 2025.
“Kehadiran perwakilan dari puluhan negara turut memeriahkan festival ini, menunjukkan daya tarik internasional yang kuat,” ujarnya. Kehadiran peserta dan pembicara dari 20 negara menjadi agenda hari kedua dan ketiga yang dilaksanakan di Gedung Serbaguna Pemkab Maros pada 4-5 Juli 2025, lalu.

Puncak acara penutupan berlangsung di Taman Arkeologi Leangleang, mengakhiri perhelatan budaya itu dengan meriah. Sebelum acara penutupan, suasana festival semakin hangat dengan diselenggarakannya Lomba Lagu Daerah. Lomba ini dilaksanakan dua hari sebelum penutupan, bertempat di lapangan Pallantikang, lokasi yang sama dengan pembukaan festival. “Kompetisi itu menambah semarak acara dan memberikan panggung bagi bakat-bakat lokal,” paparnya.
Selain berbagai acara utama, lapangan Pallantikang juga menjadi pusat kegiatan ekonomi kreatif. Puluhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) turut berpartisipasi dengan mendirikan stan pameran sekaligus tempat penjualan langsung berbagai produk. Kehadiran UMKM itu tidak hanya memamerkan kekayaan produk lokal tetapi juga mendorong transaksi ekonomi selama festival berlangsung.
Ismail Suardi Wekke, anggota panitia pengarah yang juga divisi review dan publikasi dalam acara Konferensi Gau Maraja mengemukakan pernyataan terima kasih atas dukungan semua masyarakat Maros, dan begitu pula mitra-mitra penyelenggara.
Kegiatan Gau Maraja dilaksanakan bersama diantaranya Kementerian Kebudayaar RI, Perkumpulan Wija Raja La Patau Matanna Tikka (PERWIRA LPMT), Pemerintah Kabupaten Maros, Universitas Hasanuddin, BPP Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan.
Sebagai rangkaian memperingati hari jadi Maros ke-66, Wakil Gubernur (Wagub) Sulsel terlihat turut hadir, Fatmawati Rusdi, hadir dalam pembukaan Festival Gau Maraja pada malam puncak acara. Mengusung tema “Maju dan Berkembang sebagai Potensi Adat dan Budaya” dan menjadi panggung peluncuran program di kawasan situs prasejarah Leang-Leang, satu-satunya Taman Arkeologi di Sulsel.
Dalam sambutannya, Fatmawati Rusdi mengucapkan selamat atas hari jadi Maros, menekankan bahwa peringatan ini lebih dari sekadar seremoni. “Peringatan hari jadi bukan semata seremoni tahunan, melainkan sebuah momentum reflektif untuk menata masa depan daerah secara lebih inklusif dan berkarakter,” ujarnya.
Ia juga menyoroti peluncuran Gau Maraja sebagai langkah progresif yang mencerminkan semangat gotong royong dan kolaborasi dalam membangun Maros. “Program ini menjadi jembatan antara warisan budaya dan modernitas, sekaligus memperkuat ekonomi lokal dan mempersatukan masyarakat dalam semangat pembangunan,” jelasnya.
Wagub juga mengapresiasi berbagai capaian Maros, mulai dari Paritrana Award di bidang jaminan sosial ketenagakerjaan hingga indeks literasi daerah. Ia menegaskan komitmen Pemprov Sulsel dalam mendukung pembangunan Maros dengan mengalokasikan Rp1,4 triliun untuk program-program prioritas yang berdampak langsung pada masyarakat.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, yang turut hadir, memuji inisiatif pelestarian budaya yang digagas Pemkab Maros. Ia menekankan pentingnya sinergi antara budaya, alam, dan partisipasi generasi muda dalam menjaga identitas bangsa.
“Leang-Leang sebagai Taman Arkeologi memegang peranan penting dalam mendukung identitas Indonesia sebagai negara megadiversity. Kita harus merawat nilai budaya karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan akarnya,” tegas Fadli Zon.
Bupati Maros, Chaidir Syam, juga menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan adat istiadat sebagai warisan kemanusiaan, seraya menyambut hangat para tamu: “Selamat datang di tanah yang merawat nilai kemanusiaan dalam adat istiadatnya. Tanah yang mendewakan tamu dan menghargai siapa saja yang datang.”
Festival Gau Maraja dimeriahkan dengan berbagai atraksi seni tradisional, pameran Bilah Pusaka Nusantara, serta lokakarya edukasi budaya. Ratusan pelajar menampilkan pertunjukan kolosal seperti Tari Pepeka ri Makka, silat tradisional, dan tari kolosal khas Maros yang memukau ribuan pengunjung.
Tokoh adat Maros, Kareang Turikale Brigjen Pol (Purn) A. A. Mapparessa Daeng Manimbang, menyampaikan petuah bijak dalam bahasa adat: “Bercocok tanamlah di hati manusia, karena hati manusia itu suci dan jujur, tak akan pernah berbohong.” Pesan ini dapat diartikan sebagai ajakan untuk menanamkan kebaikan di hati sesama, karena dari sanalah kebenaran tumbuh dan kebaikan akan selalu kembali kepada pelakunya.
Festival ini ditutup dengan harapan besar agar Maros menjadi kabupaten yang maju, berbudaya, dan berdaya saing global, sejalan dengan visi “Sulsel Maju dan Berkarakter menuju Indonesia Emas 2045.”
(CM)