Bersama Apple Developer Academy, Makassar Siap Jadi Pusat Inovasi Digital Nasional

Bersama Apple Developer Academy, Makassar Siap Jadi Pusat Inovasi Digital Nasional

MAKASSAR,PO — Kota Makassar terus memperkuat posisinya sebagai pionir transformasi digital di Indonesia. Tak sekadar mengandalkan infrastruktur dan sistem berbasis teknologi.

Pemerintah Kota Makassar kini menjadikan pengembangan sumber daya manusia lokal sebagai kunci utama menuju kota cerdas yang inklusif dan berkelanjutan.

Langkah ini ditegaskan langsung oleh Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, saat menghadiri kegiatan bersama Apple Developer Academy bertema “Where Ideas Meet Innovation”, Rabu (25/6/2025), di Menara Bosowa.

Hadir Ketua TP PKK Melinda Aksa, Tim Ahli Pemkot Makassar, Prof. Batara Surya, Dara Nasution. Dalam acara yang turut dihadiri pelaku industri kreatif, institusi pendidikan, hingga ratusan anak muda Makassar.

Munafri menegaskan bahwa masa depan kota akan dibangun dari kombinasi antara sistem digital terintegrasi seperti Makassar Super App dan pemberdayaan talenta muda yang siap bersaing secara global.

“Hari ini kita tidak hanya berbicara tentang program pelatihan atau kemitraan, tapi tentang masa depan kota. Makassar sedang mentransformasi dirinya dari kota konvensional menjadi kota yang terhubung secara digital, kolaboratif, dan berbasis inovasi,” jelasnya.

Dengan bonus demografi dan ekosistem teknologi yang mulai terbentuk, Makassar berambisi tak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pusat inovasi digital yang menghasilkan solusi nyata bagi masyarakat.

Kegiatan ini menjadi ajang pertemuan antara talenta muda, pelaku industri digital, dan institusi pendidikan dalam mendorong transformasi digital di Kota Makassar.

Munafri menegaskan bahwa kehadiran kegiatan bersama Apple Developer Academy di Makassar bukan sekadar sesi informasi, melainkan langkah strategis untuk mempersiapkan masa depan kota.

Salah satu bentuk konkret transformasi tersebut, lanjutnya, adalah pembangunan Makassar Super App, sistem digital terintegrasi yang menggabungkan 358 lebih layanan publik, mulai dari perizinan hingga pendidikan dan kependudukan.

Meski demikian, Munafri menekankan bahwa teknologi hanyalah alat. Yang terpenting adalah sumber daya manusianya. Oleh karena itu, pembangunan talenta digital lokal menjadi fokus utama dalam mendukung digitalisasi kota.

“Makassar punya bonus demografi. Lebih dari 60% penduduknya berusia di bawah 40 tahun. Tapi tanpa akses dan ruang, itu hanya jadi angka statistik,” jelasnya.

BACA JUGA  Makassar dan PT Itochu Indonesia Bahas Kerjasama Infrastruktur dan Lingkungan

Politisi Golkar itu menyambut, kehadiran Apple Developer Academy di Indonesia sebagai bagian dari solusi. Program ini telah meluluskan lebih dari 2.500 alumni secara nasional, dan 90% di antaranya berhasil terserap ke industri atau merintis perusahaan.

“Ini bukan sekadar kursus coding. Ini inkubator inovator masa depan. Tidak perlu gelar sarjana atau latar belakang IT. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan belajar,” tambahnya.

Wali Kota Makassar juga mengajak seluruh pihak dunia pendidikan, industri, komunitas kreatif, dan pemerintah untuk bersama-sama membangun ekosistem digital yang inklusif.

Ia membayangkan lulusan akademi bisa langsung terlibat dalam pembangunan sistem digital kota, seperti sistem banjir, dasbor pendidikan, hingga aplikasi distribusi bantuan sosial.

“Sehingga pentingnya literasi digital untuk semua kalangan, bukan hanya profesional. Kalau kita hanya bangun aplikasi tapi warganya tidak paham, jurang digital akan makin lebar,” ujarnya.

Data nasional memprediksi Indonesia akan kekurangan sembilan juta talenta digital hingga 2030. Makassar, kata Munafri, tidak ingin jadi bagian dari masalah, tapi bagian dari solusi.

Menutup sambutannya, Munafri berharap Makassar bisa menjadi laboratorium urban digital di Indonesia.

“Dan kepada anak muda di Makassar, jangan tunggu semuanya siap. Mulailah dengan apa yang ada. Masa depan bukan sesuatu yang ditunggu. Masa depan adalah sesuatu yang dibangun hari ini,” pungkasnya.

Harapannya, ini akan jadi pintu masuk untuk kerja sama jangka panjang. Ia ingin menjadi kota tempat eksperimen teknologi dilakukan. Juga ingin Makassar menjadi laboratorium urban digital yang bisa dibanggakan.

“Dan kepada anak-anak muda yang hadir di sini, izinkan saya memberi satu pesan terakhir. Kalau kamu bertanya, (Apakah saya cukup pintar untuk ikut seleksi program ini),” pesan Appi.

“Saya ingin menjawab dengan satu kalimat: Yang lebih penting dari pintar adalah berani mencoba,” lanjut Ketua IKA FH Unhas itu.

Ia menegaskan, teknologi bukan hanya untuk mereka yang sempuma. Tapi untuk mereka yang gigih. Jangan tunggu semuanya siap.

Mulailah dengan apa yang ada. Karena masa depan bukan sesuatu yang kita tunggu. Masa depan adalah sesuatu yang kita bangun hari ini.

BACA JUGA  Diinisiasi Pj Gubernur Sulsel, Satgas Kesehatan TPS Sukses Bertugas

“Semoga hari ini menjadi langkah awal dari perjalanan panjang membentuk masa depan Makassar yang lebih kreatif, lebih inklusif, dan lebih melek digital,” tuturnya.

“Mari buktikan, bahwa Makassar tidak hanya siap menjadi pengguna, tap! siap menjadi pelopor,” lanjut Munafri, menutup sambutan.

Pada kesempatan ini, Rektor Unibos Makassar, Prof. Dr. Batara Surya memberikan gambaran umum terkait kondisi saat ini. Menurutnya, begitu banyak perubahan di dunia pendidikan tinggi.

“Kita sekarang hidup dalam zaman yang berbeda. Cara kita belajar berubah. Cara kita bekerja berubah. Dan tentu, cara kita mempersiapkan generasi muda pun harus berubah,” katanya.

Menurut tim ahli Pemkot Makassar ini, hari ini berada di titik di mana teknologi tidak lagi menjadi pelengkap, tapi menjadi tulang punggung. Di dunia kerja hari ini, seorang lulusan tidak cukup hanya punya nilai IPK yang tinggi.

Dimana, dituntut memiliki keterampilan praktis, pemahaman lintas disiplin, kemampuan komunikasi, dan ketahanan mental untuk belajar terus menerus.

“Inilah mengapa, sebagai Universitas, kami tidak bisa menutup diri. Kami harus membuka ruang seluas luasnya untuk kolaborasi,” sebutnya.

“Dan saya melihat, kehadiran Apple Developer Academy adalah contoh ideal dari kolaborasi yang strategis dan relevan. Program ini tidak hanya mengajarkan coding. la membentuk cara berpikir. Ia menanamkan mindset problem solving,” tambah guru besar Unibos itu.

Menurutnya, program ini terbuka bagi siapa saja. Tidak perlu latar belakang teknologi. Tidak perlu IPK 4,00. Yang dibutuhkan hanya satu kemauan belajar.

“Kami percaya bahwa itu adalah prinsip yang sama dengan yang kami pegang: bahwa setiap mahasiswa harus diberi kesempatan untuk tumbuh, dengan cara yang paling sesuai dengan kekuatannya,” tuturnya.

Diketahui, secara gambaran umum, komitmen Apple dalam membangun ekosistem digital di Indonesia terus berkembang. Setelah sukses mendirikan tiga Apple Developer Academy di Jakarta, Surabaya, dan Batam, Apple secara resmi membuka akademi keempatnya di Tuban, Bali, pada awal Maret 2025.

Akademi baru ini akan menampung lebih dari 100 peserta dalam angkatan perdana, sekaligus menjadi akademi pertama yang terbuka bagi pelajar internasional dari 11 negara.

BACA JUGA  Sekda Jufri Rahman Terima BMKG Pusat, Bahas Kondisi Cuaca Jelang Arus Mudik Lebaran

Program pelatihan selama sembilan bulan ini tidak hanya membekali peserta dengan keterampilan pengkodean, tetapi juga desain, pemasaran, serta wawasan kecerdasan buatan—dengan tujuan mencetak inovator digital yang mampu memberi solusi terhadap tantangan lokal hingga global.

Pengkodean adalah cara yang hebat untuk mendapatkan pengakuan di dunia, dan Apple Developer Academy akan membantu lebih banyak orang di Indonesia mewujudkan ide-ide mereka.

Sejak pertama kali diluncurkan di Jakarta pada 2018, Apple Developer Academy telah meluluskan lebih dari 2.500 alumni, dengan 90% di antaranya terserap ke dunia kerja atau mendirikan startup di berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, dan keberlanjutan.

Salah satu alumni yang kisahnya menginspirasi adalah I Wayan Agus Hery Setiawan dari Bali, yang setelah lulus dari Apple Developer Academy Surabaya kini mengembangkan aplikasi untuk membantu efisiensi layanan pasien di rumah sakit tempatnya bekerja.

Kisah sukses seperti ini menunjukkan bahwa akademi tersebut tak hanya mencetak programmer, tetapi membentuk pemecah masalah nyata di masyarakat.

Melihat dampak signifikan dari program ini, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin menyatakan kesiapan Kota Makassar untuk menjadi bagian dari ekosistem ini.I

Pihaknya, ingin Kota Makassar menjadi laboratorium urban digital—tempat talenta lokal bisa membangun solusi berbasis teknologi untuk masalah kotanya sendiri.

Selain itu, Makassar tidak hanya fokus membangun aplikasi seperti Makassar Super App—yang kini mengintegrasikan lebih dari 350 layanan publik—tetapi juga serius membangun SDM digital sebagai fondasi utama kota cerdas masa depan.

Sejalan dengan pendekatan Apple yang membuka akses tanpa syarat gelar atau latar belakang teknologi, Pemerintah Kota Makassar juga menargetkan peningkatan literasi digital di semua lapisan masyarakat—dari pelajar hingga pelaku UMKM dan aparat kelurahan.