MAKASSAR,PO – Ketua DPD KNPI Kota Makassar, Baso Muhammad Ikram, kembali menegaskan pentingnya integritas dalam memimpin organisasi kepemudaan. Ia melayangkan kritik tajam kepada oknum yang mengatasnamakan diri sebagai ketua organisasi pemuda, namun justru lebih aktif menggiring opini di media sosial dari pada menghadirkan kerja-kerja nyata.
“Kalau hanya bisa teriak-teriak di medsos, menyebar narasi pesanan, menyerang orang atas nama organisasi, itu bukan pemimpin pemuda. Itu buzzer bayaran. Dan itu terlalu hina untuk disandingkan dengan nama besar KNPI,” tegas Ikram.
Menurutnya, ada pihak yang menggunakan nama besar KNPI, tetapi tidak punya dasar, “Kalau mentalnya hanya sanggup jadi buzzer, Kesannya seperti badut” ujar Ikram Rabu 4 Juni 2025.


Menanggapi hal tersebut, Ketua Bidang Perencanaan Strategis DPD KNPI Makassar, Syahrullah Sanusi, turut angkat bicara. Ia menjelaskan bahwa pernyataan Ketua Ikram ditujukan kepada oknum yang sering membawa nama KNPI Kota Makassar, iya juga menambahkan bahwa pernyataan Ikram sebagai bentuk penegasan terhadap prinsip dan marwah organisasi.
“Badut yang dimaksud oleh Ketua Ikram ditujukan kepada oknum yang sering membawa-bawa nama KNPI Kota Makassar, padahal status keorganisasiannya tidak jelas. Saya menganggapnya cuma suara sumbang yang datang entah dari mana. Kami di KNPI Kota Makassar sibuk bekerja dan menguras ide-ide. Tidak ada waktu untuk bunyi-bunyian,” ujar Ulla sapaan akrapnya.
Ia menambahkan bahwa KNPI saat ini tengah fokus membangun ekosistem kepemudaan yang solutif dan progresif. “Kami sedang siapkan program konsultasi dan bantuan hukum gratis, klinik kesehatan, hingga platform digital organisasi. Kami lebih memilih kerja nyata dari pada gaduh di media social. cari panggung sana sini padahal yang dibicarakan kosong” lanjutnya.
DPD KNPI Makassar di bawah kepemimpinan Ikram menegaskan akan terus mendorong transformasi organisasi yang berorientasi pada kebermanfaatan, bukan sensasi. Kritik yang dilontarkan, menurut mereka, bukan untuk menciptakan polemik, melainkan sebagai pengingat bahwa pemuda harus hadir sebagai solusi, bukan sekadar suara gaduh.
(Fd)