Status Kopi Rendah, RB Bantaeng Kembali Gelar Bimtek

  • Bagikan

BANTAENG – Pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) kembali digelar oleh Rumah BUMN Bantaeng dengan program Budidaya Penanaman dan Pemeliharaan Kopi Bantaeng di La Bland Coffee pada Kamis, 21 September 2023.

Bimbingan tersebut menjadi pengalaman penting bagi 35 petani muda yang turut hadir dengan disuguhi materi pengembangan budidaya kopi Bantaeng.

Diketahui kopi asal Bantaeng memiliki harga yang murah ketika dilakukan roasting, hal itulah menjadi perhatian bagi petani muda untuk mengembangkan lahan kopi yang dimilikinya.

Fachruddin Maula salah satu Manager RB Bantaeng menerangkan kopi Bantaeng mampu dikembangkan melalui komunitas millenial pemerhati kopi.

“Ternyata kopita itu pak murah, kalau diroasting di sini, kemudian disana itu julannya mahal. Haruski kembangkan ladang kopita dan ini adalah salah satu komunitas yang bisa dikembangkan keluar. Nanti kalau ada kopita bermasalah, tanyakan memangmi. Karena kita tidak bisa kembangkan kopita kalau tidak diketahui itu standar budaya dan pemeliharaan tanaman kopi,” jelasnya.

Sementara itu, penyuluh Pertanian Labbo, Syamsuddin diberi kesempatan memaparkan materi seputar Budidaya Penanaman Kopi.

Dia menerangkan bahwa pemerhati kopi mampu memanfaatkan lahan yang dimilikinya dengan penguasaan lahan dan produksi yang tepat.

“Kita ini generasi sekarang harus pikirkan bagaimana penguasaan lahan, karena pasti tidak dipikir akan dijual pahanta. Padahal ada ilmunya dengan membuat lahan usaha,” jelasnya.

“Faktor utama itu yang harus diperhatikan itu kadar air yang kita pakai. Kemudian yang kedua investasi itu penting pak. Jadi masih bisa memilih, seperti kata pak Dirga tadi memanfaatkan lahan dengan membuat lahan usaha di masa muda kita,” terangnya.

Di selah diskusi, Dirga yang juga salah satu Manager RB Bantaeng menyebut kualitas kopi di Aceh dapat dijadikan contoh bagai pemerhati kopi Bantaeng.

“Jarak tanam pohon kopi rata-rata 2,7 meter sampai 3 meter di Aceh itu. Kalau 1000 pohon kita tanam, berarti jaraknya 2 kilo meter, dan kita jalan karena jarak pohon kopi 5 meter. Itu kalau kita di sini yah. Jadi kenapa rendah kopita, karena mati tangkai. Pada saat musim kemarau, dan ketika kita petik biji kopi juga tidak teratur, kopita itu menjadi stress dan kurang berbuah,” jelasnya.

Usai bimbingan itu, pihak RB dan petani muda Bantaeng akan melanjutkan rancangan yang telah didiskusikannya dengan hal mengembangkan lahan kopi dan produksi hingga pemasarannya.

  • Bagikan