GOWA – Sehubungan dengan apa yang diberitakan oleh media sebelumnya tentang pengeroyokan terhadap Ramli (Security) di SMAN 4 Takalar oleh Rafli (Siswa) yang bermula karena guru yang melarang masuk pelaku beserta temannya dibantah oleh pelaku.
Pelaku menganggap keterangan korban ke media tidak benar tentang pernyataan guru yang melarang pelaku dan teman-temannya dilarang masuk karena terlambat.
Menurut keterangan korban dan saksi-saksi bahwa guru sudah membiarkan mereka masuk akan tetapi si korban malah bersikeras melarang siswa untuk masuk.
Dan apa yang telah diberitakan sebelumnya bahwa korban di keroyok bersama teman pelaku atas nama Agus juga dibantah oleh pelaku. Pelaku mengatakan Agus tidak terlibat pada saat kejadian. Saat itu Agus hanya ingin melerainya, terang Agus.
“Bagaimana saya tidak emosi ketika saya sudah bicara baik-baik agar segera di masukan ke dalam sekolah beserta teman-teman yang terlambat tetapi dia tetap ngotot untuk melarang kami masuk dengan perkataan yang membuat saya emosi, padahal jelas-jelas Guru sudah memberi kami kebijaksanaan. Banyak siswa yang menyaksikan dan mendengar perintah Guru tersebut” jelas pelaku saat di wawancarai.
Teman-teman saya yang terlambat pada saat itu siap diperhadapkan dengan guru yang bersangkutan untuk menjadi saksi atas apa yang diperintahkan guru yang membiarkan kami masuk kesekolah, tambahnya lagi.
“Saya tidak pernahji bela anakku karena memang dia salah karena bertindak anarkis, maka dari itu saya mendatangi kepala sekolahnya untuk meminta agar anak saya dikeluarkan disekolahnya sebagai bentuk sanksi atas apa yang telah dia lakukan, bahkan saya tetap akan ikut proses hukum yang berlaku. Akan tetapi saya juga akan mencari keadilan atas beberapa pernyataan korban yang tidak benar kepada media yang seakan akan memojokkan anak saya dan bisa membuat psikologi anak saya terganggu, tegas Ibu Hj. Manisi (Ibu Pelaku).