OPINI — Sejenak merenung tentang gerakan mahasiswa masa lampau, Fang Iful menulis bahwa eksistensi gerakan saat ini tertidur oleh nyanyian yang menjadi ancaman dan intimidasi dalam dunia pendidikan.
Mirisnya, fakta yang disuguhkan saat ini tentang gerakan mahasiswa sungguh berbeda dengan catatan sejarah, dengan gampang agen of control sosial dibuat diam atas bejatnya pihak perguruan tinggi.
Perguruan tinggi yang seharusnya merupakan lumbung pengetahuan dari sistem pendidikan nasional, justru malah berkontribusi secara langsung terhadap proses pembungkaman tersebut.
Dan, malah menjadi ketakutan tersendiri bagi mahasiswa, bagaimana tidak! Mengingat kasus drop out (DO) dan skorsing 4 orang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal tersebut begitu menyeramkan bagi mahasiswa, hanya kareka menyampaikan aspirasi di kampusnya sendiri lalu kemudian dipecat.
Apapun alasannya, seharusnya birokrasi perguruan tinggi mempertimbankan keputusan tersebut. Tapi ahh sudahlah, karena sepertinya kampus hanya memang dijadikan ladang proses kapitalisasi pendidikan.
Dalam suhu pendidikan seperti itu, sulit rasanya untuk berharap mahasiswa masih mewarisi tradisi gerakan mahasiswa sebagaimana para pendahulunya yang memiliki kepekaan sosial dan tradisi intelektual dalam kajian-kajian kritis tentang berbagai fenomena politik, ekonomi dan budaya yang tengah berlangsung di masyarakat.
Dalam logika produksi, mahasiswa tidak lebih dari sekadar bahan baku yang diproses melalui industri pendidikan untuk kemudian menghasilkan out–put produksi yang diberi label sarjana.
Iklim akademik kampus yang penuh kebebasan berekspresi seketika hilang berganti nuansa dengan iklim bisnis yang pragmatis dan transaksional. Hal ini tengah terlihat dipraktekkan dalam lingkungan universitas bukan hanya di Sinjai, bahkan di seluruh Indonesia pada umumnya.
Pola kapitalisasi pendidikan disertakan dengan berbagai tekanan yang terkesan melakukan intervensi massal terhadap para mahasiswa, sehingga gerakan dari agen of control sosial terkungkung di bawah kendali birokrasi.
Tak bisa dipungkiri lagi, pihak kampus telah melakukan proses pelemahan secara massif, terstruktur, dan sistematis terhadap gerakan mahasiswa dengan berbagai kebijakan yang tidak sesuai terhadap proses memanusiakan manusia.
Celakanya, proses pelemahan yang terjadi saat ini justru berawal dari kampus, di mana mereka (birokrasi) semestinya menjadi guru bagi mahasiswa, namun malah menekan kebebasan mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Seharusnya mahasiswa mampu lebih dewasa dalam menghadapi ujian pendidikan saat ini, sehingga mampu bangkit dengan semangat kritis dalam melihat berbagai macam problematika yang saat ini terjadi dalam dunia pendidikan.
Penulis: Fang Iful, Kepala Bidang (Kabid) Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia (HAM) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sinjai.