Publikasi Online – Indonesia berusaha melakukan berbagai upaya untuk mencegah eskalasi ketegangan di Timur Tengah pascaserangan drone Amerika Serikat yang menewaskan senior Iran Qassem Soeleimani di Baghdad, Irak awal bulan ini.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan, Indonesia sudah berbicara dengan Amerika Serikat, dengan Iran di tingkat Dewan Keamanan, dan sudah berusaha untuk men-deputation, meng-encourage semua pihak agar eskalasi yang lebih jelek tidak terjadi lagi.
“Saya melakukan pembicaraan per telepon pada tanggal 8 malam berarti 9 pagi, karena pada saat itu Menteri Luar Negeri Vietnam baru mendarat di New York. Vietnam untuk bulan Januari ini bertindak sebagai Presiden dari Dewan Keamanan PBB. Saya melakukan pembicaraan, saya mengulangi lagi spot Indonesia terhadap presidency Vietnam,” kata Menlu di Emirate Palace, Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1) malam.
Indonesia, lanjut Menlu, mengharapkan Vietnam juga menggunakan pengaruhnya sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB agar semua pihak yang terkait dapat menahan diri sehingga tidak terjadi lebih buruk lagi.
“Jadi, kita cukup banyak untuk mengirimkan pesan, untuk meng-encourage agar eskalasi yang lebih jelek tidak terjadi lagi,” tegas Menlu.
Mengenai apakah masalah tersebut dibicarakan dengan Uni Emirat Arab (UEA), Menlu Retno Marsudi mengemukakan, pada pertemuan dengan Menlu UEA dirinya juga membahas masalah tersebut, dan prinsip keduanya sama.
“Kita tidak ingin situasi, apa namanya, menjadi lebih memburuk,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun, sambung Menlu, juga sedikit menyinggung masalah ketegangan di Timur Tengah tersebut dalam pertemuan dengan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed (MBZ).
Namun pembahasan ini tidak fokus, karena fokus pembahasan dalam pertemuan keduanya lebih kepada masalah ekonomi.
Ratusan WNI
Ditegaskan Menlu, semua negara khawatir dengan kemungkinan terjadinya perang terbuka antara AS dan Iran.
Indonesia pun yang posisinya jauh juga khawatir karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.
“Perang itu akan berpengaruh pasti terhadap ekonomi dunia yang sudah tanpa perang pun sudah tertekan, tertekan terus ke bawah,” kata Menlu.
Buat Indonesia, menurut Menlu, yang sangat langsung adalah nasib warga negara kita.
Karena di Iran, kalau menurut data yang ada, jumlah WNI yang ada di sana itu lebih dari 400.
Sementara yang di Irak lebih dari 800. Namun diperkirakan jumlah yang ada pasti lebih besar dari data yang kita diterimanya.
“Belum lagi kita bicara mengenai WNI yang tinggal di sekitar wilayah itu yang kalau ditotal bisa jumlahnya jutaan.
Jadi, kalau situasinya tidak dapat dieskalasi, diredakan maka pasti akan terpengaruh kepada warga negara kita, tetapi sekali lagi untuk antisipasi,” tutur Menlu.